Klenteng Poncowinatan – Keberadaannya tak terlepas dari eksistensi masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Yogyakarta yang pernah ikut menghiasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia khususnya etnis Tionghoa yang ada di Yogyakarta.
Klenteng ini juga menjadi simbol perlawanan etnis Tionghoa terhadap penjajah Belanda di Kota Yogyakarta dengan terus membangun semangat nasionalisme di kalangan umat Tridharma yang ada di klenteng ini untuk bersama-sama pejuang Yogyakarta melawan kolonialisme Belanda.
Banyak pejuang-pejuang yang lahir dari klenten ini dan bersama tokoh-tokoh perjuangan lain di Kota Yogyakarta bersatu bahu membahu menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah Belanda.
Daftar Isi
- Sejarah Klenteng Poncowinatan
- Sekolah Modern di Klenteng Poncowinatan
- Dampak Masa Pendudukan Jepang Bagi Klenteng Poncowinatan
- Struktur Bangunan Klenteng Poncowinatan
- Klenteng Poncowinatan, Bangunan Cagar Budaya
- Perayaan Imlek Klenteng Poncowinatan
- Jam Kunjungan dan Tarif Masuk Klenteng Poncowinatan
- Lokasi Klenteng Poncowinatan
- Semarang
- Surabaya
- Rental Kendaraan
Sejarah Klenteng Poncowinatan
Klenteng ini sebenarnya memiliki nama asli yakni Tjen Ling Kiong yang dikelola oleh Yayasan Budha Bhakti Loka.
Klenteng ini dibangun pada tahun 1860 di sebelah utara Tugu Yogyakarta yang dikenal sebagai pecinan atau kawasan masyarakat Tionghoa (de Chinese Bevolking) di Yogyakarta.
Lahan ini adalah merupakan pemberian dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII dengan memberikan Sultan Ground atau tanah milik kesultanan seluas 6200 meter persegi yang terletak di kawasan Ketandan.
Tempat inilah yang menjadi cikal bakal klenteng Poncowinatan, kala itu masyarakat Tionghoa menyebut nama tempat peribadatan mereka dengan sebutan Kauw Lang Teng, namun karena masyarakat Jawa mengalami kesusahan dalam penyebutan nama itu akhirnya, berubah menjadi klenteng.
Kauw Lang Teng sendiri dalam bahasa China berarti tempat untuk mendidik orang khususnya dari etnis Tionghoa.
Kemudian secara resmi tahun 1881, klenteng ini secara resmi mulai digunakan sebagai tempat peribadatan untuk tiga penganut agama yakni Budha, Tao dan Konghucu yang beribadah secara berdampingan di dalam satu tempat peribadatan ini.
Sekolah Modern di Klenteng Poncowinatan
Sesuai dengan peruntukan awalnya yakni sebagai tempat untuk mendidik orang, sesuai dengan arti dari Kauw Lang Teng yang tidak hanya difungsikan sebagai tempat peribadatan, masyarakat Tionghoa di Kota Yogyakarta juga menggagas pembangunan sekolah khusus.
Hingga pada tahun 1907, sekolah modern pertama berdiri di kawasan komplek klenteng yang diberi nama Tiong Hoa Hak Tong (THHT) yang merupakan cabang dari sekolah yang sama yakni Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang ada di Batavia atau Jakarta saat ini.
Namun, eksistensi sekolah tersebut tidak berlangsung lama, atau hanya berlangsung selama 33 tahun saja, hal ini karena Belanda membangun sekolah khusus untuk menyaingi keberadaan THHT yakni Holland Chinesche School (HCS).
Ketika itu, Belanda amat khawatir dengan keberadaan THHT sebab lambat laun, sekolah ini selain dijadikan tempat untuk menimba ilmu juga ternyata berhasil membangun semangat nasionalisme dan rasa persatuan bersama masyarakat Indonesia serta cita-cita untuk mengusir penjajah Belanda dari Yogyakarta.
Dampak Masa Pendudukan Jepang Bagi Klenteng Poncowinatan
Setelah Belanda kalah melawan Jepang, yang berdampak pada penguasaan wilayah Yogyakarta oleh tentara Jepang, sekolah THHT akhirnya dibuka kembali oleh pemerintah Jepang sedangkan HCS yang menjadi sekolah buatan Belanda ditutup.
THHT kemudian memfungsikan kembali bangunan gedung yang ada di klenteng dan menjadi sekolah Tionghoa pertama di Yogyakarta yang diberi nama Ri Re Zhong Hua Di Yi Xiao Xie atau disingkat menjadi Di Yi Xiao yang dikelola oleh yayasan pendidikan Chung Hwa.
Baca juga : Malioboro Jogja
Struktur Bangunan Klenteng Poncowinatan
Sebagai bangunan pusat peribadatan umat Tridharma, desain bangunan klenteng ini mengadopsi dua unsur budaya yakni China dan Jawa pada corak bangunannya, hal ini dilakukan sebagai wujud ungkapan akulturasi budaya sekaligus ucapan syukur kepada masyarakat Yogyakarta yang menerima keberadaan etnis Tionghoa.
Terdapat tiga bangunan utama di klenteng, yang terdiri dari bagian tengah digunakan untuk rumah ibadah tiga penganut yang luasnya mencapai 2 ribu meter persegi, kemudian dibagian barat menjadi lokasi pendidikan serta sisanya digunakan untuk pusat kebudayaan sekaligus sarana olahraga.
Klenteng Poncowinatan, Bangunan Cagar Budaya
Klenteng ini juga ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya (BCB) oleh pemerintah Provinsi Yogyakarta karena keberadaannya yang menjadi saksi perjalanan sejarah bangsa di Kota Yogyakarta sekaligus sebagai bangunan kuno sejak masa Kerajaan Mataram Islam.
Perayaan Imlek Klenteng Poncowinatan
Klenteng ini selalu menarik minat pengunjung khususnya saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh khususnya saat perayaan tradisi tumpengan merah putih sebagai perwujudan doa dan harapan agar Indonesia selalu makmur.
Uniknya lagi, tiap perayaan Imlek, pihak pengelola Klenteng Poncowinatan selalu menghadirkan nuansa Jawa sebagai upaya akulturasi budaya antara China dan Jawa yang hubungannya selalu harmonis sejak lama.
Baca juga : Wildlife Rescue Centre
Jam Kunjungan dan Tarif Masuk Klenteng Poncowinatan
Klenteng Poncowinatan tidak memberlakukan tarif masuk untuk pengunjung yang hendak berwisata kesini, hanya saja untuk pengunjung yang hendak bersembahyang dikenakan biaya Rp. 25 ribu untuk membeli perlengkapan ibadah.
Sedangkan jam kunjungan yang berlaku biasanya dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 21.00 malam.
Lokasi Klenteng Poncowinatan
Klenteng Poncowinatan atau klenteng Tjen Ling Kiong berada di Jalan Poncowinatan atau tepatnya di depan Pasar Kranggan, Kota Yogyakarta.
Karena letaknya yang amat strategis ini, membuat siapa pun wisatawan dapat dengan mudah mengunjungi Klenteng ini.
Semarang
Bila keberangkatan dimulai dari Semarang, anda bisa naik bus AKAP Semarang – Jogja atau bisa juga langsung menggunakan bus Sugeng Rahayu / Sumber Slamet (ATB) atau bisa juga menggunakan bus EKA / MIRA dengan memesan tiket di ayonaikbis.com kemudian turun di Terminal Giwangan Yogyakarta dan dilanjutkan dengan angkutan umum dalam kota atau ojek online.
Surabaya
Jika Anda dari Surabaya dengan menggunakan bus Sugeng Rahayu / Sumber Slamet (ATB) atau bisa juga menggunakan bus EKA / MIRA, yang tiketnya bisa dipesan melalui ayonaikbis.com dengan harga yang terjangkau, kemudian turun di Terminal Giwangan dan dilanjutkan dengan angkutan dalam kota.
Informasi pemesanan tiket bus Sugeng Rahayu dan EKA dapat dilakukan di ayonaikbis.com secara online:
Pesan tiket bus & travel semakin mudah di ayonaikbis.com tanpa harus antre dan tidak perlu install aplikasi lagi. Temukan kemudahan melakukan perjalanan dengan pesan tiket di ayonaikbis.com sekarang.
Atau bisa juga menghubungi agen penjualan tiket bus EKA / Sugeng Rahayu:
Rental Kendaraan
Selain menawarkan jasa pemesanan tiket bus Anda juga dapat menemukan informasi rental mobil di ayonaikbis.com, temukan berbagai macam mobil dengan fasilitas penyewaan yang beragam, pilihan unit mobil pun juga lengkap.
Dengan menggunakan kendaraan rental untuk berwisata ke Yogyakarta maka perjalanan jadi lebih aman dan nyaman dengan menggunakan armada kendaraan rental yang fasilitasnya lengkap cukup dengan mengakses situs ayonaikbis.com maka semua kebutuhan armada sewa sudah bisa terlayani.
Nah itu tadi informasi mengenai Klenteng Poncowinatan yang bisa Anda masukan dalam daftar liburan bersama keluarga atau rombongan teman-teman kantor.
Jika informasi ini bermanfaat silakan Anda bagikan ke pada teman Anda, dan jika membutuhkan informasi wisata lainnya silakan tinggalkan komentar.
Dapatkan informasi terkini dan terpilih dari www.ayonaikbis.com :