benteng vredeburg

Benteng Vredeburg, Kisah Lain dari Kelicikan Belanda

Diposting pada

Benteng Vredeburg – Benteng kokoh itu berdiri tegak di pusat Kota Yogyakarta. Warnanya yang putih terang kian mencolok diantara bangunan lainnya di kawasan Jalan Malioboro. Itulah Benteng Vredeburg, benteng yang pernah dikuasai oleh tiga penjajah.

Di kala malam hari, suasana asri benteng ini juga terlihat dari luar pagar, warna bangunan yang kontras dengan rerumputan di halaman depan benteng sungguh menyejukkan mata bagi siapa pun yang melihatnya.

Benteng ini juga menjadi pertanda betapa liciknya penjajah Belanda terhadap Kesultanan Yogyakarta khususnya kepada Sri Sultan Hamengku Buwono I yang sudah berjasa membangun benteng ini.

Sejarah Benteng Vredeburg

Benteng ini dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono setelah Gubernur Belanda Nicholaas Harting yang juga direktur pantai utara Jawa yang berpusat di Yogyakarta meminta Sri Sultan untuk membangun benteng di dekat keraton.

Kelicikan Belanda

Nicholaas Harting beralasan bahwa tujuan pembangunan benteng ini adalah untuk membantu Sri Sultan menjaga keamanan keraton melalui para tentara-tentara Belanda. Padahal, seperti diketahui penjajah Belanda selalu memiliki niat licik untuk menguasai Yogyakarta.

Karena pada hakikatnya permintaan pembangunan benteng Vredeburg oleh Belanda itu semata dilakukan untuk mengetahui setiap aktivitas yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta.

Tak hanya itu saja, Belanda melalui Gubernur Nicholaas Harting juga berniat untuk mengawasi segala perkembangan yang ada di dalam Keraton Yogyakarta sesuai dengan tujuan kedatangan Belanda ke Yogyakarta untuk menguasai wilayah ini.

Ketulusan Sri Sultan Hamengku Buwono I

Sri Sultan Hamengku Buwono I yang sama sekali tidak menyadari niat sebenarnya dari Belanda, pun memerintahkan rakyatnya untuk membangun benteng untuk Belanda. Ia mengira bahwa Belanda akan benar-benar membantu menjaga keamanan Yogyakarta.

Sri Sultan HB I bahkan terjun langsung dalam proses pembangunan benteng, ia bahkan ikut memberi nama keempat sudut Benteng Vredeburg masing-masing dengan nama Jaya Wisesa di bagian barat, Jaya Purusa di bagian Timur, Jaya Prakosaningprang bagian barat daya serta Jaya Prayitna di bagian tenggara benteng.

Struktur Bangunan Benteng Vredeburg

Pada masa awal berdirinya benteng, bentu bangunannya masih amat sederhana. Tembok-tembok benteng yang mengelilingnya berbahan tanah liat yang ditopang dengan tiang penyangga dari kayu kelapa dan pohon aren.

Sedangkan bagian dalam bangunan benteng yang berbentuk bujur sangkar ini pun masih sederhana dengan mengandalkan bahan seadanya seperti bambu dan kayu sebagai tiang-tiang penyangga dan dinding bagian dalam, dan atap pun hanya memanfaatkan rumput ilalang.

Setelah merasa berhasil mengelabui Sri Sultan HB I, era Gubernur Belanda selanjutnya yakni W.H Van Ossenberg yang menggantikan Nicholaas Harting kembali mengajukan permintaan kepada Sri Sultan HB untuk lebih membuat bangunan benteng menjadi permanen dengan bahan yang kokoh.

Lagi-lagi alasan sang Gubernur Belanda ini adalah untuk lebih memaksimalkan penjagaan keamanan di sekitar keraton.

Namun saat itu, Sri Sultan HB I saat itu tengah fokus membangun Keraton Yogyakarta yang lebih baik yang letaknya berada tidak jauh dari Benteng Vredeburg.

Hingga akhirnya, proses pembangunan dan desain bangunan bentengnya dipercayakan kepada warga Belanda yang memiliki kemampuan dalam hal desain dan struktur bangunan bernama, Ir. Frans Haak.

Bangunan benteng itu sendiri baru selesai pada tahun 1767 karena saat itu proses pembangunan pun terbagi perhatiannya antara pembangunan Keraton Yogyakarta dan Benteng Vredeburg sehingga terkesan molor dari waktu yang ditentukan.

Baca juga : Malioboro Jogja

Penamaan Benteng Vredeburg

Awalnya benteng ini diberi nama Rustenberg yang dalam bahasa Belanda berarti benteng tempat peristirahatan.

Namun pada tahun 1867 gempa dahsyat melanda Yogyakarta yang juga berdampak pada bangunan benteng ini. Hampir seluruh bangunan benteng mengalami rusak parah akibat gempa.

Proses perbaikkan pun dilakukan dan memakan waktu lumayan lama, belakangan nama benteng ini pun diubah dari Rustenberg menjadi Vredeburg atau yang dalam bahasa Belanda berarti benteng perdamaian.

Sri Sultan HB I berharap dengan diubahnya nama benteng ini pula, hubungan antara Belanda dan Kesultanan Yogyakarta bisa berlangsung harmonis dan tidak saling serang.

Status Kepemilikan Benteng Vredeburg

Meski secara status, benteng ini berdiri di atas lahan milik Kesultanan Yogyakarta namun pengelolaan bentengnya dilakukan langsung oleh Gubernur Belanda Nicholaas Harting yang kemudian beralih ke WH Ossenberg. Hal itu berlangsung dari tahun 1760 hingga tahun 1788.

Kemudian, tahun 1788 sampai tahun 1799, bangunan benteng ini kemudian dikuasai secara total oleh perusahaan dagang milik Belanda VOC. Sampai tahun 1811, peralihan penguasaan benteng terus beralih status hingga yang terakhir secara de facto benteng dikuasai oleh Gubernur Belanda, Daendels.

Peralihan Status Penguasaan Benteng Vredeburg

Ketika Belanda kalah melawan Inggris, secara otomatis benteng ini dikuasai oleh Inggris yang penguasaannya berada dibawah Gubernur Jenderal Raffles, dan hal itu berlangsung selama lima tahun terhitung sejak tahun 1811 hingga tahun 1816.

Namun, tak lama benteng itu kembali beralih status, setelah sempat dikuasai Belanda kembali kemudian benteng itu beralih kekuasaannya menjadi milik tentara Jepang yang ditegaskan melalui  Perjanjian Kalijati di Jawa Barat, pada Maret tahun 1942.

Baca juga : Kraton Jogja

Pasca Proklamasi

Setelah proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945, penguasaan benteng sepenuh berada dalam genggaman tentara Indonesia, meskipun pada agresi kedua Belanda ke Yogyakarta sempat berhasil merebut kembali benteng namun hal itu berhasil direbut kembali oleh Indonesia.

Koleksi Museum Benteng Vredeburg

Setelah pasca kemerdekaan, parit-parit yang dibangun mengelilingi benteng dialih fungsikan sebagai drainase dan saluran pembuangan, karena dianggap teknologi pertahanan seperti ini sudah terlalu kuno.

Demikian halnya, jembatan yang semula berbentuk jembatan gantung yang bisa diangkat akhirnya dibuat lebih permanen dengan membangun jembatan beton.

Sejak tahun 1992 pula, bangunan Benteng Vredeburg sepenuhnya dialihkan sebagai museum dengan beragam koleksi termasuk benda-benda asli yang berasal dari peperangan yang terkenal di Yogyakarta, Serangan Oemoem 1 Maret 1949.

Tedapat pula koleksi foto, replika, lukisan serta diorama-diorama dari sejak Perang Diponegoro hingga masuknya penjajah Jepang.

Di ruang lainnya juga terdapat diorama peristiwa kemerdekaan yang dialami Indonesia mulai dari Proklamasi kemerdekaan hingga agresi militer Belanda I dan II, termasuk dokumentasi perjanjian terkenal pemerintah Indonesia seperti Renville.

Fasilitas Museum Vredeburg

Terdapat fasilitas berupa studio mini yang berfungsi untuk memutar film dokumenter tentang perjalanan sejarah Indonesia. Selain itu juga, di bagian dalam museum terdapat display canggih yang bisa disentuh sehingga pengunjung bisa memilih tiap momen peristiwa perjuangan bangsa Indonesia.

Baca juga : Bendungan Ancol Jogja

Lokasi Museum Vredeburg

Benteng Vredeburg terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani atau yang dikenal dengan Jalan Malioboro atau di pusat kota Yogyakarta.

Jam Kunjung Museum Benteng Vredeburg

Museum Vredeburg memiliki waktu kunjungan mulai dari pukul 07.30 – pukul 16.30, khusus di hari Senin museum tidak melayani pengunjung.

Harga Tiket Masuk Benteng Vredeburg

Tiket masuk ke museum ini yakni Rp. 5 ribu untuk dewasa, dan Rp. 2 ribu untuk anak-anak, sedang wisatawan asing, harga tiketnya adalah Rp. 15 ribu perpengunjung.

Cara ke Benteng Vredeburg

Sama halnya dengan kawasan keraton Yogyakarta dan Jalan Malioboro, benteng ini masih berada dalam satu kawasan dan terletak di pusat kota.

Kendaraan Umum

Bila keberangkatan dimulai dari Semarang, kamu bisa naik bus AKAP Semarang – Jogja atau bisa memesan langsung bus Sugeng Rahayu / Sumber Slamet (ATB) atau bisa juga menggunakan bus EKA / MIRA dan turun di Terminal Giwangan kemudian dilanjutkan dengan angkutan umum dalam kota.

Jika Anda dari Surabaya dapat menggunakan bus Sugeng Rahayu / Sumber Slamet (ATB) atau bisa juga menggunakan bus EKA / MIRA kemudian turun di terminal Giwangan setelah itu dilanjutkan ke pusat kota Yogyakarta.

Informasi pemesanan tiket bus Sugeng Rahayu dan EKA dapat dilakukan di ayonaikbis.com secara online:

Pesan tiket bus & travel semakin mudah di ayonaikbis.com tanpa harus antre dan tidak perlu install aplikasi lagi. Temukan kemudahan melakukan perjalanan dengan pesan tiket di ayonaikbis.com sekarang.

Atau bisa juga menghubungi agen penjualan tiket bus EKA / Sugeng Rahayu:

Sewa Bus

Jika ingin lebih simpel dan nyaman saat hendak berkunjung ke, Anda bisa memanfaatkan jasa sewa bus jogja atau sewa bus pariwisata lainnya.

Rental Kendaraan

Selain menawarkan jasa sewa bus Anda juga dapat menemukan informasi rental mobil di ayonaikbis.com, temukan berbagai macam mobil dengan fasilitas penyewaan yang beragam, pilihan unit mobil pun juga lengkap.

Nah itu tadi informasi mengenai tempat wisata Benteng Vredeburg yang bisa Anda masukan dalam daftar liburan bersama keluarga atau rombongan teman-teman kantor.

Jika informasi ini bermanfaat silakan Anda bagikan ke pada teman Anda, dan jika membutuhkan informasi wisata lainnya silakan tinggalkan komentar.

Dapatkan informasi terkini dan terpilih dari www.ayonaikbis.com :

    5/5 - (3 votes)